12. Christian Huygens (1629-1695 M)
Menurut Christian Huygens (1629-1695) seorang ilmuwan berkebangsaan
Belanda, bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi dan berupa gelombang.
Perbedaan cahaya dan bunyi hanya terletak pada panjang gelombang dan
frekuensinya.
Christiaan Huygens (Belanda). Dalam komunikasi dengan Academie des Science
di Paris, dikemukakan teori gelombang Huygens itu cahaya (terbit dalam karyanya
Traite de Lumiere pada tahun 1690). Ia menganggap bahwa cahaya
ditransmisikan melalui-eter meresapi semua yang terdiri dari partikel elastik
kecil, masing-masing dapat bertindak sebagai sumber sekunder wavelet. Atas
dasar ini, Huygens banyak menjelaskan karakteristik propagasi dikenal cahaya,
termasuk refraksi ganda dalam kalsit ditemukan oleh Bartholinus.
Pada teori ini Huygens menganggap bahwa setiap titik pada sebuah muka
gelombang dapat dianggap sebagai sebuah sumber gelombang yang baru dan arah
muka gelombang ini selalu tegak lurus tehadap muka gelombang yang bersangkutan.
Pada teori Huygens ini peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi,
ataupun difraksi cahaya dapat dijelaskan secara tepat, namun dalam teori
Huygens ada kesulitan dalam penjelasan tentang sifat cahaya yang merambat
lurus.
13. James Clerk Maxwell (1831 - 1879)
Percobaan James Clerk Maxwell (1831 - 1879) seorang ilmuwan berkebangsaan
Inggris (Scotlandia) menyatakan bahwa cepat rambat gelombang elektromagnetik
sama dengan cepat rambat cahaya yaitu 3×108 m/s, oleh karena itu Maxwell
berkesimpulan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Kesimpulan
Maxwell ini di dukung oleh:
- Seorang ilmuwan berkebangsaan
Jerman, Heinrich Rudolph Hertz (1857 - 1894) yang membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik merupakan gelombang tranversal. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan gejala polarisasi.
- Percobaan seorang ilmuwan
berkebangsaan Belanda, Peter Zeeman (1852 - 1943) yang menyatakan bahwa
medan magnet yang sangat kuat dapat berpengaruh terhadap berkas cahaya.
- Percobaan Stark (1874 - 1957),
seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman yang mengungkapkan bahwa medan
listrik yang sangat kuat dapat mempengaruhi berkas cahaya.
Inti teori Maxwell
mengenai gelombang elektromagnetik adalah:
·
Perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet.
·
Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Cepat rambat gelombang ) dan
permeabilitas & elektromagnetik (c) tergantung dari permitivitas ( (μ) zat. Menurut Maxwell, kecepatan rambat gelombang elektromagnetik dirumuskan
sebagai berikut:
Ternyata perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet yang tidak tetap
besarannya atau berubah-ubah. Sehingga perubahan medan magnet tersebut akan
menghasilkan lagi medan listrik yang berubah-ubah.
Proses terjadinya medan listrik dan medan magnet berlangsung secara sama
dan menjalar kesegala arah. Arah getar vektor medan-bersama listrik dan medan magnet saling tegak lurus. Jadi gelombang
elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan magnet
dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor medan listrik dan
medan magnet saling tegak lurus.
Dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul dapat disimpulkan bahwa cahaya
mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu cahaya dapat bersifat sebagai
gelombang untuk menjelaskan peristiwa interferensi dan difraksi tetapi di lain
pihak cahaya dapat berupa materi tak bermassa yang berisikan paket-paket energi
yang disebut kuanta atau foton sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek
fotolistrik.
14. Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 – 1947 M)
Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun 1900 oleh seorang ilmuwan
berkebangsaan Jerman yang bernama Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 - 1947).
Dalam percobaannya Planck mengamati sifat-sifat termodinamika radiasi
benda-benda hitam hingga ia berkesimpulan bahwa energi cahaya terkumpul dalam
paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton. Dan pada tahun 1901 Planck
mempublikasikan teori kuantum cahaya yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari
peket-paket energi yang disebut kuanta atau foton. Akan tetapi dalam teori ini
paket-paket energi atau partikel penyusun cahaya yang dimaksud berbeda dengan
partikel yang dikemukakan oleh Newton . Karena foton tidak bermassa sedangkan
partikel pada teori Newton memiliki massa.
15. Albert Einstein
Pernyataan Planck ternyata mendapat dukungan dengan adanya percobaan Albert
Einstein pada tahun 1905 yang berhasil menerangkan gejala fotolistrik dengan
menggunakan teori Planck. Fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron
dari suatu logam yang disinari dengan panjang gelombang tertentu. Akibatnya
percobaan Einstein justru bertentangan dengan pernyataan Huygens dengan teori
gelombangnya.Pada efek fotolistrik, besarnya kecepatan elektron yang terlepas
dari logam ternyata tidak bergantung pada besarnya intensitas cahaya yang
digunakan untuk menyinari logam tersebut. Sedangkan menurut teori gelombang
seharusnya energi kinetik elektron bergantung pada intensitas cahaya.
16. Wilhelm Conrad Röntgen (1845-1923 M)
Wilhelm Conrad Röntgen ialah fisikawan Jerman. Pada tahun 1895, saat
mengadakan percobaan dengan aliran arus listrik dan tabung gelas yang
dikosongkan sebagian (tabung sinar katode), Rontgen mengamati bahwa potongan
barium platinosianida yang berdekatan melepaskan sinar saat tabung itu
dioperasikan. Ia merumuskan teori bahwa saat sinar katode (elektron) menembus
dinding gelas tabung, beberapa radiasi yang tak diketahui terbentuk yang
melintasi ruangan, menembus bahan kimia, dan menyebabkan fluoresensi.
Pengamatan lebih lanjut mengungkapkan bahwa kertas, kayu, dan aluminum, di
antara bahan lain, transparan pada bentuk baru radiasi ini. Ia menemukan bahwa
itu mempengaruhi plat fotografi, dan, sejak tidak secara nyata menunjukkan
beberapa sifat cahaya, seperti refleksi atau refraksi, secara salah ia berpikir
bahwa sinar itu tak berhubungan pada cahaya. Dalam pandangan pada sifat tak
pasti itu, ia menyebut fenomena radiasi X, walau juga dikenal sebagai radiasi
Rontgen. Ia mengambil fotografi sinar-X pertama, dari bagian dalam obyek logam
dan tulang tangan istrinya.
17. Rene Descartes
(1596-1650 M)
Di desa La Haye-lah tahun 1596 lahir jabang bayi Rene Descartes, filosof,
ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor. Waktu mudanya dia sekolah Yesuit,
College La Fleche.
Descartes menjelaskan hukum pelengkungan cahaya (yang sesungguhnya sudah
ditemukan oleh Willebord Snell). Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan
pelbagai alat-alat optik, melukiskan fungsi mata dan pelbagai
kelainan-kelainannya serta menggambarkan teori cahaya yang hakekatnya versi
pemula dari teori gelombang yang belakangan dirumuskan oleh Christiaan Huygens.
Tambahan keduanya terdiri dari perbincangan ihwal meteorologi, Descartes
membicarakan soal awan, hujan, angin, serta penjelasan yang tepat mengenai
pelangi. Dia mengeluarkan sanggahan terhadap pendapat bahwa panas terdiri dari
cairan yang tak tampak oleh mata, dan dengan tepat dia menyimpulkan bahwa panas
adalah suatu bentuk dari gerakan intern. (Tetapi, pendapat ini telah ditemukan
lebih dulu oleh Francis Bacon dan orang-orang lain). Tambahan ketiga Geometri,
dia mempersembahkan sumbangan yang paling penting dari kesemua yang disebut di
atas, yaitu penemuannya tentang geometri analitis. Ini merupakan langkah
kemajuan besar di bidang matematika, dan menyediakan jalan buat Newton
menemukan Kalkulus.
18. Witelo
Witelo (Silesia). Menyelesaikan Perspectiva yang ditakdirkan untuk
tetap menjadi teks standar pada optik selama beberapa abad. Diantara hal-hal
lain, Witelo dijelaskan metode machining cermin parabolik dari besi dan
dilakukan pengamatan yang cermat pada pembiasan. Dia mengakui bahwa sudut
refraksi tidak sebanding dengan sudut datang tapi tidak menyadari refleksi
internal total
19. Theodoric
Theodoric (Dietrich) dari Freiberg. Theodoric menjelaskan pelangi sebagai
konsekuensi dari refraksi dan refleksi internal individu dalam hujan. Dia
memberi penjelasan atas munculnya primer dan sekunder busur tetapi, berikut
gagasan sebelumnya, ia menganggap warna muncul dari kombinasi dari kegelapan dan
kecerahan dalam proporsi yang berbeda
20. Johannes Kepler
Johannes Kepler (Jerman). Dalam bukunya Iklan Vitellionem Paralipomena,
Kepler menyarankan bahwa intensitas cahaya dari sumber titik berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber, bahwa cahaya dapat diperbanyak
melalui jarak yang tak terbatas dan bahwa kecepatan propagasi yang tak
terbatas. Dia menjelaskan visi sebagai konsekuensi dari pembentukan sebuah
gambar pada retina oleh lensa mata dan benar menggambarkan penyebab
panjang-sightedness dan kepicikan.
Dalam karyanya Dioptrice, Kepler disajikan penjelasan tentang
prinsip-prinsip yang terlibat dalam mikroskop lensa konvergen divergen / dan
teleskop. Dalam risalah yang sama, ia menyarankan agar teleskop bisa dibangun
dengan tujuan konvergen dan lensa mata konvergen dan menggambarkan kombinasi
lensa yang nantinya akan menjadi dikenal sebagai lensa tele. Ia menemukan
pantulan internal total, namun tidak dapat menemukan hubungan yang memuaskan
antara sudut datang dan sudut bias.